Friday 30 August 2013

Papandayan "Switzerland Van Java"

Turun dari cikuray kita naik papandayan, biar betis udah kerasa tebel, tapi demi Anaphalis Javanica (edelweis jawa) yang lagi pada mekar, (Agustus biasanya musim berbunga, pas banget sama bulan kemerdekaan kan,, kebetulan..:) kita tetep gaster..

Papandayan ngebul terus. siapa yang lagi ngeroko tu..:)

Akses jalan ke papandayan dari simpang cisurupan makin rusak, kata penduduk setempat, inilah yang bikin pengunjung tidak seramai dulu, tapi pas lihat buku tamu di pos pendaftaran,  tanggal 16-17 agustus 2013 kemarin, hampir 2.000 pendaki yang naik, wuih ruar biasa..! itu siy bukan sepi, entah berapa ribu lagi kalo akses jalan-nya lebih bagus, heran, ko pemerintah garut diem aja ya ngelihat potensi "pemasukan daerah" kaya gini.
Dari simpang cisurupan ke camp david kita naik pick up, harga sewa Rp.30.000/org, karna bertiga jadi Rp90.000, kebetulan 2 orang kawan yang sama-sama turun dari cikuray memilih pulang ke Depok, sialnya kita ngerasa dikadalin supir pick up, karna saat turun dari camp david ke simpang cisurupan dengan ojeg, tarifnya lebih murah Rp.25.000/org. Sempat ngobrol-ngobrol dengan pendaki lain di camp david, justru mereka kena lebih mahal Rp.200.000/5org (sewa pick up). Walah ajian supir aji mumpung banget dah.. (kalo boleh nge-debat "kata penduduk lereng papandayan, soal pengunjung papandayan tidak seramai dulu" inilah alasanya, mulai sepi lebih karna "tarif angkotnya yang suka nyekik pelancong", dibanding karna akses jalannya yang rusak.." ini siy menurut ane, sekali lagi menurut analisis sayah..:)).     

Bareng kawan pendaki dari Balai Raja. "Makasih kopinya, sampai ketemu di trek lain sob..."







yang pulang duluan nyesel dah...:p







view awal dekat camp david.








Dua puluh menit dari campdavid kita sampai di lokasi kawah papandayan, disini jangan duduk lama-lama, engap, belerang, gersang, bikin mulut sepet.
 







Meeerdekaaa!.. berasa di swis, bendera pun kebalik jadi polandia..:))





Setelah melintasi kawah, bertemu percabangan trek ke salada, lurus menghadap tanjakan ke hutan mati, dan belok kanan melewati sungai kecil menuju gubberhood. Jalur hutan mati merupakan jalur pintas, sedang gubberhood jalur mengitari tebing. Kami memilih gubberhood untuk trek naik ke salada dan turun nanti memutar ke hutan mati.



Jejak para pendaki papandayan.





   


Jenis trek papandayan sangat variatif, diawali trek batu, rumput, tanah merah, hutan cantiki, trek ilalang dan trek rawa.


View di jalur trek gubberhood ke salada. Trek hutan cantiki dari gabberhood ke salada cukup landai dan jelas, bahkan trek ini jadi jalur biker menuju pondok salada. 






Welcome to salada..








Edelweis pondok salada, biar kata ga terlalu banyak, tapi jadi magis para pendaki untuk melanjutkan trekking ke tegal alun, karna di atas sana "padang edelweis papandayan" sebenarnya.
Suguhan awal edelweis di trek salada - hutan mati.

Dari salada ke tegal alun trek mulai bercabang, trek yang cukup jelas dan menjadi jalur biker berada paling kiri, di trek ini kita akan melewati rimbun bunga edelweis sebelum ke hutan mati lalu ke tegal alun, trek ini juga menjadi trek alternatif/pintas dari salada turun ke kawah papandayan, sedang trek dari salada langsung ke tegal alun berada paling kanan masuk melalui hutan cantiki, trek ini rawan meyesatkan, karna saat berada di dalam hutan, kita serasa berada di dalam labirin.


 Welcome to Death Zone..
Dalam hutan mati trek ke tegal alun tidak terlalu jelas, angin lebih cendrung bertiup ke arah hutan mati dan tegal alun daripada ke salada, sehingga mengaburkan area ini dengan asap kawah yang semakin aktif di sore dan malam hari, butuh ketelitian menapaki trek saat dalam hutan mati, perhatikan jejak sepatu atupun tali yang diikat diranting/batang sepanjang trek.  
Dari pondok salada area ini terlihat seperti area bersalju.
Di sini trek percabangan dari salada ke tegal alun atau turun ke kawah.
Dari hutan mati ke tegal alun -+1 jam, trek yang dilalui cukup landai, di ujung hutan mati kita akan kembali bertemu trek tanah merah yang cukup jelas hingga bertemu Tanjakan mamang percis dibawah tegal alun. 



Tanjakan mamang. tanya kenapa namanya "tanjakan mamang"? karna kalo "tanjakan bibi" licin sob:)) 
 Tegal alun. Obat lelah para pendaki papandayan.
Puncak papandayan tampak tegar di depannya.
 Tegal alun. Siapapun pasti ingin kembali ke sana.

0 comments :

Post a Comment

 

Event

Tanggal 19-20 Oktober Pendakian massal ke puncak gede Informasi: 085692044483 (klik event menu)

Blogroll

About