Wednesday 29 August 2012

Jelajah Alam TNGP Cipelang (Pondok Halimun Salabintana Sukabumi)

Hari jum'at (24-08-12), kami berencana melakukan traveling dan camping ke sebuah gunung. Setelah browsing dan mencari informasi mengenai lokasi menarik, akhirnya kami menentukan TNGP Cipelang Sukabumi sebagai destinasi. Terletak di lereng gunung gede dan pangerango, TNGP Cipelang terkenal memiliki panorama indah dan hawa sejuk yang membuat setiap pengunjung betah berlama-lama, apalagi lokasi TNGP Cipelang sangat strategis dan mudah dijangkau dengan berbagai kendaraan, dari terminal sukabumi dapat ditempuh dengan sekali naik angkot No.14 (warna putih), jarak yang ditempuh -+12 KM ke arah utara terminal, atau dengan dua kali naik angkot no.14 dari depan terminal ke Jalan Siliwangi, lalu naik angkot no.10 (warna merah) jurusan Salabintana atau langsung ke gerbang Pondok Halimun (PH). Perbandingannya, jika memilih cara pertama kita akan dikenakan sewa sekitar 15.000 ke atas (bisa nego), sedang cara kedua memang lebih hemat, 2.000/org (angkot no.14), dan 3.000/org (angkot no.10) sampai salabintana, jika menginginkan langsung ke gerbang PH, maka dikenakan tarif tambahan 10.000/org.

 
Masjid di depan terminal Sukabumi (cocok untuk post istirahat sebelum menuju PH)

Dengan pertimbangan diatas, kami lebih memilih cara pertama demi menghemat waktu, agar tidak repot turun dan naik angkot dengan beban keril yang masih berat, sekaligus agar sampai di lokasi tujuan sebelum sore hari.

Saat sampai di lokasi, kami sedikit bingung untuk menentukan lokasi kemping kami, ada banyak campground yang bisa kita pilih sesuai minat, mulai dari campground TNGP, Elang Jawa, Kabayan, Diparda, Goalpara dan Cipelang Perhutani, (untuk yang terakhir setelah kami telusuri telah ditutup). Akhirnya kami putuskan memilih TNGP, berdasarkan informasi yang kami dapat, campground TNGP berada paling dalam di lereng gunung gede, selain itu TNGP merupakan campground terluas dengan fasilitas paling lengkap.  

 Gerbang TNGP Cipelang :).

Kami langsung melapor ke bagian pusat informasi TNGP, dan kami cukup terkejut begitu mengetahui sewa area camping sebesar 25.000/org untuk 2 hari + 2 malam,  tawar menawar pun terjadi, hingga kami mendapat harga 20.000/org tanpa asuransi. Menurut kami biaya sebesar itu terlalu mahal, meskipun dengan tiket satu harga pengunjung dapat mengakses semua fasilitas yang ada di TNGP (termasuk berkunjung ke curug cibeureum), mengingat saat masuk ke gerbang Pondok Halimun (PH), kami sudah dikenai pungutan restribusi 2.000/org. Saat kami mencoba mengorek informasi mengenai harga area yang relatif mahal tersebut, si petugas berkilah, hal itu berdasarkan ketentuan DEPHUT yang membawahi manajerial pengelolaan TNGP, dan harga 20.000/org yang kami dapat, merupakan pengurangan harga pengelolaan dan non asuransi, sedang untuk pajak DEPHUT tidak bisa dikurangi sepeser pun, sambungnya. (oalah, maca ciii...:p)

Akhirnya kami tetap memilih campground TNGP, meskipun merasa kecewa. (wong tanah rakyat, kok dikapling-kapling gini, dimahalin lagi, dasar kutil bebek..hehe).

Di campground TNGP, terdapat 4 area perkemahan. Area 1 berada tepat di belakang kantor pusat informasi, area 2 di samping area 1, dan area 3 disebelah area 2, sedangkan area 4 didepan area 3 dengan terlebih dahulu menyebrangi kali. Sebagian area 4 berada di dalam hutan, area ini sangat cocok untuk para petualang, tetapi dengan adanya kebijakan dari pengelola TNGP yang tidak mengijinkan camping di dalam hutan ("dilarang camping di semak-semak" istilah mereka), maka setengah area 4 pun menjadi mubajir. Namun kami tetap nekat camping didalam hutan (area 4), alasanya sederhana, karna area 1,2,3 dan sebagian area 4 merupakan area terbuka yang menurut kami sangat tidak nyaman untuk mendirikan tenda (ramai). Lalu pada malam harinya, Ranger yang merupakan pengelola TNGP menyortir setiap area, dan kami mendapat peringatan untuk pindah lokasi pada esok harinya. Tak masalah bagi kami, toh semua sudah kami perkirakan (kalo malam harinya diusir, paling disuruh pindahnya besok..hehe:).

Briefing dulu biar ga misunderstanding...

  Area 4 (dalam hutan)

 
 Kali di samping tenda kami, yang kami namakan "curugan batu". (kalo blm ada namanya siy..:)

 
Badan kaya cacing smua tu..:)

Esok harinya (pada siang hari) kami putuskan untuk pindah (rada kepaksa.:p) ke area 3 (lapangan terbuka). Di area ini (menurut kami) sangat tidak nyaman untuk camping, selain tidak adanya pepohonan sehingga jika angin datang langsung menghantam tenda, hamparan rumput membuat tanah menjadi lembab, sehingga area ini menjadi sarang nyaman bagi serangga.cs (semut, lalat, pacet, cacing, ulat, ular, bahkan kutu kupret hehe:). Benar saja, beberapa menit setelah tenda berdiri, gerombolan lalat dan semut langsung menyerang kami (ngajak tauran(:), tidak berhenti disitu, pacet (binatang super menggelikan) juga turut nimbrung, dan kami menjadi korban ke-tidak-manusiawian serangga.cs tersebut (kejadian deh, donor darah di gunung...:)

Area 3 (lapangan terbuka berumput) lokasi yang menjadi sarang serangga dan koncone..

Di lokasi ini tersedia fasilitas seperti toilet dan pendopo, diluar banyaknya penghuni (read. serangga.cs) yang memang habitatnya, lokasi ini sangat cocok untuk camping keluarga atau event activity seperti LDK, Persami, atau Ospek.

Toilet di area 3

Pendopo di area 3 (cukup tidak terawat)

Melihat kondisi fasilitas diatas, ironis jika membandingkannya dengan harga sewa area yang relatif mahal (read 25.000/org/2 hari 2 malam).

Pada hari ke dua, kami berencana meng-explore kawasan TNGP, tujuan kami adalah curug cibeureum (-+2 KM dari area camping) yang menjadi primadona wana wisata TNGP Cipelang. Ada dua jalur untuk menuju curug cibeureum, jalur pertama merupakan jalur pintas dan setapak bagi pejalan kaki, jalur kedua merupakan jalur memutar untuk kendaraan, kedua jalur ini saling bertemu di post/gerbang curug cibeureum (-+1 KM sebelum lokasi curug). Kami putuskan memilih jalur pertama yang lebih dekat, jalan setapak berbatu yang dilalui cukup menantang, dengan lebar setengah meter, terdiri dari jembatan, tanjakan, dan turunan yang di sisi-sisinya terdapat jurang menganga, dengan batang pohon yang terkadang menghalangi jalan, namun tidak perlu khawatir tersesat, karna ditiap pertigaan jalur terdapat pita merah atau tali rafia (warna biru) yang diikatkan pada batang pohon sebagai penanda jalur.

 Duh,, cuapee mak..!

 
Trek mulai terjal neh..!

Trek basah, tanda curug uda deket!
chaiyooo...!
 
 Plank deket air terjun. 
(ckckckck, hari gini masih suka nge-blok fasilitas umum!:@.. kerjaan oknum pengunjung blo'on ni)

Di jalur ini, jika beruntung kita akan menjumpai primata langka "owa jawa" yang menjadi icon TNGP.
 
gambar "owa jawa'y kaya didramatisir bgt ni,, ginsul'y itu..:)

Sayangnya, hingga sampai di lokasi curug cibeureum, kami tidak bertemu primata langka tersebut, memang sempat kami mendengar suaranya, tapi setelah ditelusuri asal suara, kami tetap tidak melihatnya:/

 Jgn salah faham dulu.. kalo yang ini bukan "owa jawa" tapi "owa gondes"...hehe:).

 
  Ini dia curug cibeureum cipelang, tinggi -+60 m. 
(curug cibereum yang satu lagi ada di cibodas)

 Pelataran curug.

Anak siapa nih? uh, gayamu tong...:)

Saat kami sampai, debit air terjun tidak terlalu besar, 
tapi hawa dingin dan letak air terjun yang ada di ketinggian membuat eksotika alam tersendiri.

Setelah puas menikmati air terjun dan waktu semakin sore, kami putuskan untuk segera kembali ke tenda, sepanjang jalur pulang kami menemukan banyak sekali sampah non organik yang diletakan disemak-semak pohon oleh pengunjung yang tidak bertanggung jawab (ckckckck.. lagi-lagi kerjaan "oknum pengunjung belo'on tuh":), tanpa pikir panjang, sampah tersebut kami bawa turun ke post penjaga curug, tapi saat sampai di post, kami tidak menemukan seorang petugas pun, karna semua penjaga telah turun dengan post yang terkunci rapat. Kami letakan sampah yang kami bawa ke tempat sampah yang tersedia (lebih tepat'y karung yang diikat di batang pohon..:).

Setelah berdiskusi, akhirnya kami memilih jalur kendaraan untuk kembali ke tenda, meskipun yang saya dengar bahwa jalur kendaraan lebih jauh karna trek'nya memutar, tetapi terdorong godaan bahwa jalur itu menawarkan pemandangan yang lebih indah, kami putuskan untuk melaluinya. Benar saja, sepanjang perjalanan melalui jalur ini, mata kami dimanjakan dengan pemandangan kota Sukabumi dan sebagian Cianjur yang terlihat dari ketinggian, hamparan kebun teh, padi, tomat, dan strowbery juga menghiasi, belum lagi di ujung jalur terdapat kandang Sapi perah yang penuh dengan Sapi (ya iyalah, masa kandang sapi penuh dengan embe..hehe) yang entah siapa pemiliknya (mungkin prabowo kali yee..hehe).

 Pemandangan puncak gede & pangerango terlihat di jalur ini.

Kebun teh'nya suejuk buat trekking...

 Sapinya lagi pada emam... duh jd laper... mmmoooh...

  Ternyata jauh bangat ni jalur (bener2 muterin gunung). 
cuapee,, satu kelokan lagi baru nyampe...

Malam terakhir camping jadi malam yang melelahkan, satu persatu kawan "gagas destinasi" mulai tertidur setelah puas bermain gaple (permainan wajib waktu camping sambil RT'an..:). Tapi buat saya, malam di gunung sangat sayang untuk dilewatkan dengan tertidur, sekalipun udara semakin dingin dan lembab (mungkin 18 s/d 15 c), saya tetap melek sambil berusaha menyalakan api unggun untuk sekedar menghangatan telapak tangan, sialnya, setiap kali api menyala sela beberapa menit ia kembali mati, karna kayu bakar yang ikut berembun. Begitu pun dengan tenda-tenda di sekitar kami, hampir tidak ada yang mampu menyalakan api unggun, mungkin mereka pun sudah berusaha dan akhirnya menyerah pada keadaan. 
 
 Gopala, yagpilu, gaplean yuu..!

 Api unggun yg bikin tangan kriting...
(Beberapa kawan uda pada merem sambil lomba ngentut dlm tenda... 
Busyet bau'y maknyosss...:p)

Siang harinya kami harus bergegas pulang ke Depok, karna diantara rekan kami ada yang mulai masuk bekerja pada esok harinya. Setelah acara masak-masak dan bersih-bersih di MCK (yang kolamnya lumutan dan keran'y mampet:), kami pun melakukan packing. Ada yang mengejutkan saat kami packing, se-ekor anak ular (entah ular tanah/kobra) melilit dibawah terpal yang kami jadikan alas (masih untung cuman anak'y, bisa repot kalo bokap'y..:). Kami berpikir untuk tidak mengganggu si anak ular (Bagenin wae lah, wong kita yang uda ganggu habitat mereka:).

 Packing!... Sampah'y jgn lupa!

Setelah melapor (check out) kepada petugas di kantor TNGP, dan menyerahkan se-kresek sampah untuk ditukar dengan KTP, kami pun turun gunung dengan berjalan kaki. Sebetulnya ada banyak angkot no.10 (warna merah) di parkiran PH yang menunggu penumpang, tapi, kami lebih memilih berjalan kaki untuk sekedar melatih fisik dan dapat menikmati pemandangan alam dengan lebih puas, (sebenarnya siy karna budget yg mulai tipis..:).

Sepanjang perjalanan pulang, kami disuguhi pemandangan kebun teh yang tertata rapih (entah siapa yang rajin banget nanam rapih kaya gitu...:), dan sesekali disuguhi pemandangan muda-mudi yang sedang asyik bermesraan (kasarnya mojok) diantara rimbun kebun teh (heran, merusak pemandangan aja, lagian cewe-cewe pada mau aja diajak mojok di kebon.. ah cinta emang buta & budeg....ngiri.com:)

 Jembatan di depan gerbang dan parkiran PH.

 Tu..dua.. tu... dua...

 Trekking menuju Salabintana.

 Boyband ga laku..:)


Duo amit-amit..:P

Yang lagi pada mojok yang ambilin gambarnya..

Siiip aja deh...!

Setelah berjalan satu jam menuruni lereng ditemani cuaca terik dan jalan berdebu, kami beristirahat sejenak di warung kopi sambil melepas lelah dan mengobati luka kulit di kaki yang tergores sendal gunung.

 
Wajah-wajah pasrah para pendaki pemula...zzz :)
(di belakang pendopo ini terjadi aksi pencurian strowbery...hehe:)

Pukul 13.30, kami lanjutkan trekking pulang, masih dengan berjalan kaki sambil berharap ada losbak/truk se-arah yang sudi memberi tumpangan, atau paling tidak ada cewe cuakep yang mau ngegodain kami (ngarep.com). Lalu, "pucuk dinanti, ulan pun tiba" di dekat pertigaan salabintana do'a kami terkabul, sebuah truk penumpang sudi memberi tumpangan ke arah terminal... (hip hip horee:)

Turun dari truk, kami harus berjalan -+2 KM untuk sampai di terminal, melewati alun-alun kota sukabumi yang hiruk-pikuk dengan kios-kios di sepanjang jalan. Mendekati terminal, kami mendapat tumpangan gratis (losbak) yang searah, kami pun tidak menyia-nyiakannya, dan losbak itu membawa kami sampai di terminal Sukabumi.

Setelah berdiskusi di perempatan terminal, kami putuskan untuk kembali menunggu truk/losbak (omprengan) yang menuju jalur pulang, beberapa kali menyetop omprengan dan gagal, akhirnya sebuah losbak berplat merah (entah milik pemerintah atau partai yg itu...hehe) berhenti dan... taaarik kaaang...

Ada pribahasa "Sedikit demi sedikit, lama-lama jadi bukit". Yups, pepatah itu betul-betul kami adopsi, meskipun tiap kali truk dan losbak omprengan yang kami naiki hanya membawa kami beberapa meter dari lokasi semula, tapi kami terus dan terus berusaha memberhentikan truk/losbak tanpa putus asa, dengan berharap mendapatkan truk/losbak omprengan yang menuju Ciawi.


Sambung-menyambung omprengan terus kami lakukan, entah berapa banyak truk/losbak target yang menolak dengan alasan "penuh lah atau dekat lah". Begitupun entah berapa banyak angkot/bis yang menawarkan sewa, dengan tegas kami tolak, "maaf kang, mau jalan aja". Kami lebih memilih berjalan kaki saat tidak mendapatkan omprengan, dan tak terasa (padahal dengkul serasa uda mau copot:) langkah kami sampai di Cibadak.

Sejenak kami beristirahat sambil minum kopi disebuah warung  yang pemiliknya berbaik hati memberi seteko air putih dengan cuma-cuma. (kita do'ain bareng2 yuk, mudah2an yang punya warung dilarisin dagangan'nya... Amiinn..:)
Qola wa Qolu... (ngaroko heula sareng ngopy dulu:)

Setelah energy cukup terkumpul, kami kembali berjalan kaki sambil sesekali men-setop truk/losbak yang lewat, sampai di pertigan Cibadak, akhirnya sebuah truk minuman kemasan memberi tumpangan sampai Cidahu...yuhuuui..:)

RCTI Okeeeh..heheh

Sampai di Cidahu, kami sempat mengisi perut di sebuah warteg. Hari mulai gelap, dan kami bergegas melanjutkan perjalanan dengan losbak omprengan yang berhasil kami stop, losbak itu mengantar kami sampai Lido. Di lido cukup lama kami tidak mendapat omprengan lagi, akhirnya kami putuskan untuk naik bis jurusan Sukabumi-Ciawi-Bogor.

Ada informasi menarik yang wajib diketahui oleh para Backpacker. Setiap tahunnya, di beberapa hari sebelum dan setelah lebaran (seperti tahun ini dari tgl. 17 jam. 22.30 s/d 27 jam. 22.30 Agst 2012, pengumuman'y biasa ditempel di jendela bis/angkot..:), sewa angkot/bis di daerah Bogor dan Sukabumi akan naik mengikuti harga daging dan cabe (akal-akalan kondektur ama si supir aja niy..:). Seperti yang kami alami saat berangkat ke PH menaiki bis jurusan Depok-Sukabumi dari pintu tol Citeureup, si kondektur meminta sewa sebesar 25.000/org, yang biasanya hanya 15.000/org, (sempet "berdebat sengit" dengan si kondektur, akhirnya kami mendapat harga 18.000/org). Begitu juga saat kami menaiki bis jurusan Sukabumi-Bogor, si kondektur meminta sewa 10.000/org, tapi dengan jurus memelas akhirnya deal di angka 50.000/ 7 org, meskipun sepanjang jalan si kondektur masih saja "ngaririhan" (bahasa sunda nya) agar kami memberi tambahan, tapi kami terus ngeles (ala bajaj) hingga Bis sampai di Branang siang, dan kabuuurrrr...:)

Dari Branang siang, kami berjalan kaki menikmati suasana malam tugu kujang (sambil ngegodain bencong...hehe). Disinilah, kami bertemu dengan grombolan pencinta alam asal Tanggerang yang sedang menunggu omprengan di lampu merah. Saat itulah timbul perasaan se-nasib dan se-perjuangan dengan mereka, meskipun tidak saling mengenal, tapi kami berjabat tangan dan saling menyapa, menawarkan minuman, bahkan sampai ngompreng truk bareng. Emm... ya, betul sekali.. Inilah yang membuat hobi camping & naik gunung menjadi lebih istimewa dibanding hobi lainnya.

6 comments :

  1. sahlan8/31/2012

    salam gan, minta kontak person pengelola TNGP cipelang'nya dong?

    ReplyDelete
    Replies
    1. salam knl jg gan, sorri CP'y ane gpny (tiket'y raib) tar deh klo ktmu..hehe

      Delete
  2. siiip gan,,ane orang sukabumi tp skrg tugas di balikpapan, kaltim..
    ane bangga dulu tinggal di dsukabumi dg wisata alam yang banyak...
    eeh ternyata di kaltim lebih menantang wisata alamnya...
    teruskan....

    ReplyDelete
    Replies
    1. waduh org sukabumi neh, iya sob, tanah kelahiran ente emg suejuuk tenan..warganya jg bae2..top deh. wah tugas di kalimantan ok jg tu, sekalian jd jalan2 gratis...:) ok deh sob, met tugas dan slm kenal... kpn2 kalo mudik lebaran, kabarin ya:)... tar ane bisa mampir sambil ngelewat ke gn.gede..hehe

      Delete
    2. Citalahab gunung halimun enak jg lho buat d kunjungi,,kpan" mampir y..

      Delete
  3. Wach baca ini jadi inget sekitar th 78an.Saat pertama ikut camping mandiri ke tempat ini.Numpang truck,colt bak yg penting sampe....seruuu sampe sekarang ibu masih teringet.Saat mandi bajunya jatuh...kanyut..untung mandinya pake sarung....

    ReplyDelete

 

Event

Tanggal 19-20 Oktober Pendakian massal ke puncak gede Informasi: 085692044483 (klik event menu)

Blogroll

About